Pudarnya Identitas Lokal Akibat Pengaruh Korea di Indonesia Melalui IPTEK (2024)

Seni

17 Februari 2024 10:00 Diperbarui: 17 Februari 2024 10:10 26

+

Laporkan Konten

Laporkan Akun

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lihat foto

Indonesia merupakan negara yang memiliki 38 provinsi dengan perbedaan suku, agama, ras, adat istiadat yang berbeda-beda. Di setiap suku di Indonesia juga memiliki berbagai macam kebudayaan yang unik mulai dari makanan, pakaian, dan lainnya yang sudah terkenal sampai ke luar negeri. Misalnya saja angklung, batik dan juga tari Saman yang banyak dikenal wisatawan sehingga menarik para wisatawan untuk berkunjung. Kedatangan para wisatawan tersebut erat kaitannya dengan perkembangan IPTEK yang dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif bagi kebudayaan lokal di Indonesia.

Di era sekarang ini dapat kita lihat bahwa kebudayaan yang ada di Indonesia perlahan mulai memudar seiring berkembangnya teknologi. Apalagi di era digital ini yang semuanya serba mudah dengan adanya IPTEK sehingga semuanya serba bisa diakses dengan teknologi yang menimbulkan banyak sekali pengaruh-pengaruh dari luar yang tanpa disadari dapat membuat kebudayaan di Indonesia mulai memudar. Apalagi di era digital ini para remaja tidak bisa terlepas dari media sosial yaitu Instagram, Youtube, dan lainnya. Beberapa aplikasi tersebut merupakan aplikasi yang cakupannya internasional atau global sehingga banyak muncul"trend"baru dari luar negeri yang mulai muncul di Indonesia.

Generasi zaman sekarang merupakan generasi yang mudah sekali terpengaruh oleh budaya luar (trend).contohnya budaya korea yang sekarang ini sedang "booming"sehingga banyak diikuti oleh para remaja di Indonesia salah satunya di dalam standar kecantikan. Dengan masuknya budaya Korea membuat perlahan remaja Indonesia mulai mengikuti standar Korea salah satunya di bidang kecantikan. Mereka menjadikan standar kecantikan Korea sebagai keutamaan mereka untuk diikuti. Namun, ada juga banyak remaja saat ini yang tidak bisa mengikuti standar kecantikan Korea sehingga mereka menjadi tidak percaya diri atas apa yang mereka miliki. Mereka seringkali menganggap standar kecantikan di Indonesia itu sama seperti di Korea. Padahal faktanya kebudayaan Korea dan Indonesia itu berbeda. Oleh karena itu, standar kecantikan di Indonesia mulai memudar. Selain itu, budaya Korea merubah gaya berpakaian Indonesia yang umumnya masih terlihat rapi dan sopan. Tetapi, karena masuknya budaya Korea melalui berbagai media (IPTEK) menimbulkan gaya berpakaian yang cenderung terbuka dan sangat bertolak belakang dengan aturan cara berpakaian yang ada di Indonesia.

Selain itu juga, makanan tradisional di Indonesia juga mulai tidak diminati oleh generasi zaman sekarang karena tidak sesuai selera generasi muda. Karena cenderung makanan tradisional Indonesia rasanya pedas, asam, asin maupun pahit yang kurang coco*k bagi selera generasi zaman sekarang. Oleh karena itu, generasi sekarang lebih menyukai makanan Korea seperti kimchi, Tteokbokki, Ramyeon, bulgogi, bibimpbap, Jajangmyeon. . Karena penampilannya menarik, rasanya enak, baru serta mengikuti trend. Maka tidak jarang generasi zaman sekarang ini mulai melupakan makanan khas tradisional dari daerah mereka masing-masing.

Selain itu, generasi zaman sekarang ini bahkan tidak bisa mengenal daerah asal mereka masing-masing. Bahkan banyak ditemukan bahwa generasi sekarang ini tidak bisa berbahasa daerah asal mereka sendiri. Tetapi mereka cenderung lebih tertarik mempelajari dan juga lancar dalam berbahasa asing yaitu bahasa Inggris, bahasa Jepang, dan bahasa Korea. Karena mereka merasa bahwa bahasa daerah kurang bermanfaat bagi masa depan. Karena seringkali bahasa asing lebih diutamakan seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin misalnya untuk melamar pekerjaan dan bepergian ke luar negeri. Faktornya adalah banyak warga-warga desa yang pindah ke kota (merantau) sehingga kebudayaan mereka mulai terpengaruh oleh kebudayaan di kota yang lebih modern. Selain itu juga, penduduk khususnya orang tua pada saat ini juga sudah jarang mengajarkan atau mengenalkan anak-anaknya mereka tentang kebudayaan daerah mereka karena sudah lama tinggal di kota. Selain itu penduduk kota sudah jarang mengajak anak-anak mereka untuk pulang kampung. Sehingga anak mereka lebih mengenal budaya lain atau bahkan lebih mengenal budaya negara lain dibandingkan budaya mereka sendiri dan lebih parahnya mereka akan bangga dengan budaya lain.

Dengan adanya perkembangan IPTEK di Indonesia menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif. Untuk dampak positifnya masyarakat Indonesia mulai terbuka dan bisa memperluas budaya Indonesia dan dengan adanya IPTEK bisa membantu memperkuat kesadaran kita tentang keberagaman budaya dan menginspirasi pemeliharaan dan pelestarian warisan budaya. Sedangkan untuk dampak negatifnya masyarakat Indonesia mulai sering ketergantungan konten digital dan kurang tertarik pada kegiatan-kegiatan yang mempromosikan tradisi dan kebiasaan budaya. Hal ini dapat menyebabkan memudarnya nilai-nilai budaya yang seharusnya dipelihara dan dilestarikan.

Dengan adanya IPTEK memberikan kemudahan bagi generasi muda dalam mengakses berbagai hal. Dengan kemajuan IPTEK ini tidak menutup kemungkinan masuknya pengaruh budaya luar salah satunya pengaruh budaya Korea ke Indonesia. Oleh sebab itu jika tidak digunakkan secara bijak, maka pengaruh IPTEK dapat menyebabkan pembauran budaya, di mana unsur-unsur budaya asli Indonesia dapat bercampur dengan elemen-elemen budaya asing yang bisa menyebabkan hilangnya identitas murni budaya kita. Selain itu, IPTEK seringkali membawa perubahan signifikan dalam gaya hidup masyarakat. Seperti, perubahan dalam pola konsumsi (menjadi lebih konsumtif) , aktivitas sehari-hari, dan nilai-nilai budaya. Selain itu, penyebaran teknologi, terutama media digital, dapat membawa resiko hilangnya bahasa daerah karena penggunaan bahasa daerah sudah jarang bahkan tidak dikuasai oleh generasi sekarang. Melainkan bahasa asing yang lebih dominan dalam komunikasi sehari-hari.

Oleh karena itu, kita sebagai bangsa Indonesia tentunya harus bangga dengan keberagaman serta keunikan dari negara kita. Jangan sampai budaya luar menggantikan budaya khas negara kita. Hal yang bisa kita lakukan yang utamanya yaitu dengan mencintai tanah air kita sendiri. Ada salah satu solusi yang bisa dilakukan agar budaya kita tidak luntur adalah dengan kolaborasi UMKM. Misalnya produk UMKM yang bernama "sebatik" di Sarinah dalam memproduksi sepatu yang dikombinasikan dengan motif kain batik dari pengrajin batik tulis agar lebih menarik perhatian kalangan masyarakat khususnya generasi sekarang agar tidak melupakan budaya khas daerah mereka masing-masing. Selain itu juga, Sebatik ini juga mengembangkan produk-produk terbarunya seperti sandal, topi, batik kaos kombinasi dengan batik tulis asli. Diharapkan dengan pengembangan produk-produk ini, Sebatik dapat mengharumkan nama baik bangsa serta menunjukkan bahwa batik adalah asli buatan Indonesia dan salah satu peninggalan yang harus tetap dilestarikan

Mohon tunggu...


Lihat Seni Selengkapnya

Beri Komentar

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

` } }) document.querySelector('.video-box-thumb').innerHTML = html_video_rec_thumb; } } } let description = document.querySelector('meta[name="description"]').content let keywords = document.querySelector('meta[name="content_tags"]').content let data = { "description": description, "keywords": keywords, "page_id": "65cecffc12d50f165c265dd3", "source" : "Bearer eyJpdiI6ImhyUXB1T0dKZnJabExYbzk5SlNTMkE9PSIsInZhbHVlIjoieUZ1NlVvVDUxOHRNQ2Z2bTE2ejBoZz09IiwibWFjIjoiYWZiYzQzNTk1NTFmODMxY2IyZTBmY2E4ODYyNWQ0YjU5N2VkOTgzNmVlNjU5ZmQ4MmI1YWJmZjU2Nzg4NGVhOSJ9" } rvJixie.open("POST", "https://apis.kompas.com/api/widget/video", true); rvJixie.send(JSON.stringify(data)); } getVideo(); function dateFormatJixie(value) { const monthText = ['Januari', 'Februari', 'Maret', 'April', 'Mei', 'Juni', 'Juli', 'Agustus', 'September', 'Oktober', 'November', 'Desember']; if (value) { const dateJixie = new Date(value); return dateJixie.getDate() + ' ' + monthText[dateJixie.getMonth()] + ' ' + dateJixie.getFullYear(); } else { return ""; } } function timeFormatJixie(value) { if (value) { const timeJixie = value.split(':'); if (timeJixie[0] == '00') { return timeJixie[1] + ':' + timeJixie[2]; } else { return value; } } else { return ""; } } function timeSince (value) { console.log("sini",value) if (typeof value !== 'object') { date = new Date(value); } var seconds = Math.floor((new Date() - date) / 1000); var intervalType; var interval = Math.floor(seconds / 31536000); if (interval >= 1) { intervalType = 'tahun yang lalu'; } else { interval = Math.floor(seconds / 2592000); if (interval >= 1) { intervalType = 'bulan yang lalu'; } else { interval = Math.floor(seconds / 86400); if (interval >= 1) { intervalType = 'hari yang lalu'; } else { interval = Math.floor(seconds / 3600); if (interval >= 1) { intervalType = "jam yang lalu"; } else { interval = Math.floor(seconds / 60); if (interval >= 1) { intervalType = "menit yang lalu"; } else { interval = seconds; intervalType = "detik yang lalu"; } } } } } return interval + ' ' + intervalType; }

Pudarnya Identitas  Lokal Akibat Pengaruh  Korea di Indonesia Melalui IPTEK (2024)
Top Articles
Latest Posts
Article information

Author: Reed Wilderman

Last Updated:

Views: 5459

Rating: 4.1 / 5 (52 voted)

Reviews: 83% of readers found this page helpful

Author information

Name: Reed Wilderman

Birthday: 1992-06-14

Address: 998 Estell Village, Lake Oscarberg, SD 48713-6877

Phone: +21813267449721

Job: Technology Engineer

Hobby: Swimming, Do it yourself, Beekeeping, Lapidary, Cosplaying, Hiking, Graffiti

Introduction: My name is Reed Wilderman, I am a faithful, bright, lucky, adventurous, lively, rich, vast person who loves writing and wants to share my knowledge and understanding with you.